Get all 22 PTK Distribution releases available on Bandcamp and save 10%.
Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality downloads of SAORSA - FRUSTRATION, ROTA - Bekal Mati (Promo Single 2018), FVRQAN - ANTIPATI, SRAMPANGAN - PRIVATE CURSED, APOTEX SEHAT, The Sinner s/t, ERROR DAY, BALADA SUNGAI KAPUAS - Fetishist, and 14 more.
1. |
|
|||
Dalam intuisi yang menjamu imaji
Kau janjikan kemenangan dalam delusi
Amarah kami bagaikan martir yang tak terbendung tuk bersarang di tubuh kalian
Bersamaan dengan ronta anak-anak dusun di tiap tiang penyangga beton yang kalian bangun di pedesaan
Teruntuk kalian yang menilai kemakmuran dengan tolak ukur tinggi gedung dan panjang ruas jembatan beserta kuantitas ritel yang ada pada tiap perkotaan
Dengan nama urgensi loyalitas dan antipati
Maka dimata kami,kalian tak lebih dari seekor primata berdasi
//Derita klasik di rimba Kalimantan :
jutaan anak dayak di rimba pulau Kalimantan
bermimpi dan bercita mulia tanpa pendidikan
membaptis diri dalam koor koor kesenjangan
jadi babu perkebunan
jadi babu pertambangan
di tanah, di mana mereka dilahirkan
jutaan anak dayak di rimba pulau Kalimantan
dipaksa jadi bagian di peradaban
dalam bangsa yang menghamba kemajuan
namun menyepelekan kebutuhan sumberdayanya
jutaan anak dayak terdiam dengan nasib dipermainkan
bagai dadu kosong di tangan pejudi tua
mereka tak bisa memaki
apalagi menyusun pertanyaan
karna tak mengerti ilmu bahasa kehidupan
dan tata baca keadaan
sementara yang hidup dalam dimensi nasib lainnya
yang lepas dari kerangkeng kebobrokan
dan sukses bersenggama dalam kabut pendidikan
justru jadi agen yang turut memperkosa
kehidupan mereka!
karna para intelektual keparat itu
hanya mengenal lapar dan kenyang
haus dan segar
onani dan rohani!
dan sang raja yang lahir di satu hutan
gagal menghiasi mimpi kelabu dan acuh tiada menatap
karna tempurung politik membuatnya buta dan tuli
menumpuk materi, dan kehilangan akal nurani
jangankan untuk peduli,
mengingat nasib saja bagai
parasit yang mengacau tamasya malamnya
di ranjang seharga lima belas mimpi mereka
jutaan anak dayak di rimba pulau Kalimantan
menanti mati dalam lembah kebobrokan
terkubur di sisa puing puing hutan leluhur
meninggal kisah yang tiada berarti
sementara para raja di bangsa ini
adalah orkestra kesejahteraan yang sumbang!
|
||||
2. |
|
|||
Dalam pijakan angkara yang diramu duka
Tentang seorang anak yang tak mampu lagi mengembara
//Diantara ribuan orang utan dan ratusan enggang yang terusir sejak pintu pasar bebas pertama mengguncang kalimantan dan sekitarnya
Sejak barito mahakam dan kapuas tak sudi lagi berbagi cinta dengan kita
Harapan ku berakumulasi tanpa rangkaian semiotik yang perlu kau tafsirkan
Berjalan selaras dengan kabar yang terhembus di desa yang digempur penggusuran
Ruang hidup dirampas
Persetan hak prerogatif
Regulasi seperti apa yang kau coba tafsir kan atas nama kepentingan umum?
Ibu yang kemarin kuliat menuai padi diladang kini kau kehendaki menjadi budak di lapangan
Jika pembangunan seperti ini yang kau tafsirkan sebagai wacana yang terealisasi kan
Maka otak mu lebih dangkal dari seorang adam smith yang meracau akan kapitalisme ekonomi modern yang mapan//
CINTA
Disebabkan Saut Situmorang
Cinta adalah hutan rimba raya Pulau Kalimantan yang dibabad habis demi perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara
Cinta adalah orang-orang Dayak yang mati mampus terhirup kerbon dioksida dan asap pabrik-pabrik
Cinta adalah sungai Utik, Kapuas, Mentaya, Seruyan, Barito, Mahakam, dan danau-danau yang tercemar limbah merkuri
Cinta adalah sepasang enggang berkelahi dengan garuda demi menjadi simbol negeri ini
Cinta adalah upacara ritual dan puja-puji pada leluhur dan yang esa yang mabuk di Sorgaloka di atas langit biru, putih, dan abu-abu
Cinta adalah nyawa yang dicabut bukan oleh malaikat bukan oleh tuhan, tetapi oleh pemodal dan saudara sendiri
Cinta adalah kerling sebuah nama kelahiran bayi-bayi Dayak yang kehilangan harapan untuk hidup
Cinta adalah 300 bocah se-Kalimantan yang mati terhirup asap pembakaran lahan
Cinta adalah 9 bocah lebih yang mati terhirup radiasi tambang batu bara di Kalimantan Selatan
Cinta adalah 24 nyawa yang berserakan di lobang tambang di bumi etam Kalimantan Timur
Cinta adalah dua cerobong besi yang berak asap hitam yang mengepul naik ke cakrawala Pulau Kalimantan tak nyaman di hati
Cinta adalah jalan merah yang becek kala hujan tiba dan tak seorang pun mampu melewatinya
Cinta adalah negeriku yang menjajah rakyatnya sendiri demi Amerika demi Cina dan demi bangsa imperealis lainnya
Cinta adalah polisi dan militer yang terus memukuli rakyat sipil demi mulusnya jalan penguasa
Cinta adalah fasis dan rasis yang dilakukan kaum-kaum oportunis dan bajingan yang saling bakar saling klaim salah dan benar
Cinta adalah puisimu yang kau tulis setelah bercinta dengan kekasihmu atau usai berdoa dengan tuhanmu
Cinta adalah kau dan aku yang kehilangan ibu dan bapak kala peperangan
Demikianlah cinta yang konon dianggap mulia dari pada sembahyangmu atau hari-hari besar agamamu!
Gunung Pati, 8 Agustus 2016
(Yasir Dayak)
//Dari danau sembuluh dan tiap jengkal tanah yang kalian anggap sebagai panggung legislatif kalian
Maka ku hapal setiap poin suara adalah kuantitas penggusuran dan perampasan simultan yang kalian harapkan
Atas nama stabilitas,atas nama kepentingan umum,atas nama undang-undang yang kalian tafsirkan untuk pemenuhan hasrat personal kalian
Karena yang ada di otak kalian hanyalah bagaimana me lobby pintu pemodal dengan pasti tanpa mendatangkan profit ke kami
Hah! Tuan-tuan beserta ayun buaian janji-janji kalian sama sekali tak kan mampu memperdayai kami lagi
Demi debu kosmik yang masih memenuhi ruang hampa
Kalian hanyalah produk gagal dari tatanan demokrasi yang nyata!
|
||||
3. |
|
|||
//Ku tutup mata ku di atas altar logika yang tak mungkin bisa membatasi nalar
Dimana panji-panji berdiri mandiri menentang langit hitam yang mengisyaratkan prosa tanpa tuhan dan hamba
Atas nama bayi-bayi yang mati di Chiapas
Atas nama ibu-ibu yang berlumur duka di palestina hingga tak lagi mampu merangkul anak nya
Atas nama setiap janin di biafra
Atas nama Descartes, giordano,dan copernicus yang mati untuk setiap inchi pengetahuan
Dan atas nama munir,marsinah,tan malaka dan tiap jengkal perlawanan di penjuru dunia
//Kami tak kan mati meski kalian bunuh kami berkali
Teruntuk setiap nafas perlawanan
Teruntuk setiap domba yang tak memerlukan tuan
Maka dengan rima satire ini aku bersaksi kami akan tegap berdiri diatas kuasa amorfati
There are many child who starving to die, crying to die, fearing to die.
Even there are people who smiling to die, know they will die, know they will die.
Where the justice that be number one, fuck this mad world, fuck this mad world.
I see all the blood flows as a river, i fuck up the people who hurt all of my brothers, my brothers who has the pain in war corner, you know its the time to fighting together, together we can show our fuckin strugle.
Where the justice?
Are it just the bullshit?
Open your eyes, lets see all the pain that you can find in your eyes in your side
They show me these tears but the gun is still firing on their eyes, their house.
Where the justice?
Are it just the bullshit?
Fucck!!!
//Di belantara angkara yang terbesit makna kehidupan
Kau dan aku kawan,kita berangkat dari titik awal harapan
Menggapai semua mimpi yang terpatri seteguh diogenes dan multatuli
Meskipun semesta tak mendukung,teruntuk hegemoni yang ada dimana delusi paralel,dan hiperealitas semu yang mereka agungkan lebih penting dari korban kekerasan negara
Mereka yang nyaman duduk tenggelam di sofa sama sekali enggan beranjak dari egosentris yang ada
Mutantur omnia nos et mutamur in illis
Vox populi vox dei
Suara rakyat adalah suara tuhan
//Kesaksian 2018
Melihat anak kecil mati di pangkuan Ibu
Melihat ibu-ibu mati di sebelah Ibu
Melihat orang-orang ditindas di mata Ibu
Melihat karbondiokasida melumuri wajah Ibu
Melihat sawit menggoreng kepala Ibu
Melihat alat berat merobek kemaluan Ibu
Melihat senso menebang leher Ibu
Melihat hujan darah membasahi rambut Ibu
Melihat leluhur mengutuki Ibu
Melihat lubang tambang di perut Ibu
Demikianlah cinta yang konon dianggap mulia dari pada sembahyangmu atau hari-hari besar agamamu!
Gunung Pati, 8 Agustus 2016
(Yasir Dayak)
|
||||
4. |
|
|||
Berangkat dengan rima ini ku kepalkan tangan tuk menggapai harapan
Berharap segala keterbatasan takkan mungkin menghalau pijakan
Dengan hulu waktu yang kian bertabrakan meronta melalui ketiadaan
Maka kujanjikan padamu kawan tak kan ada lagi sisa patriarki yang menghianati peradaban
//Teruntuk saudara-saudara ku di kalimantan,teruntuk setiap nafas anak-anak desa yang merasakan terbatasnya ruang pendidikan
Meski peluh keringat basah takkan elak buat kita tumbang
Dan meski setiap nafas adalah kuantitas,maka cinta tak kan berakhir meski nafas berhenti menunggangi relativitas
//Pendidikan menyamar menjadi komoditas bersifat asing yang jauh dari kata merata
Aneksasi saham asing menjadi santapan wajib bagi kita
Kemanusiaan jauh dari kata cukup dan setara
Diskriminasi jadi modal utama untuk mencapai kuasa
Agama menjadi tunggangan wajib untuk pencapaian kekuasaan personal bagi elit penguasa
Politik berwujud santapan sehari jadi dan spontan se spontan obrolan yang berakhir di warung kopi pada sore hari
Maka kutak percaya lagi pada negeri ini
Karena yang kalian lihat hari ini,hanyalah pernyataan hitam putih yang bersifat negasi
//bagaimana aku tak mencintaimu
bila di saban cakrawala kupandang
air mata merah putihmu
tercurah di manamana
jadi banjir yang tiada berkesudahan
memporakporandakan kehidupan
//bagaimana aku tak mencintaimu
bila di masa muda aku terasing
sebab melawan arus keruh kotor pergaulan
yang bicara soal angka dan terbentur pada
tembok masa depan
Melihat danau berlimbah di pusar Ibu
Melihat air kehilangan sungai di dagu Ibu
Melihat polisi dan tentara membantai Ibu
Melihat kehidupan yang rusak di mata Ibu
Melihat orang-orang dimiskinkan di pipi Ibu
Melihat pendidikan yang kacau di dada Ibu
Melihat gunung dikeruk di dada Ibu
Melihat air tak lagi mengalir di mata Ibu
Melihat penyair mabuk di tangan Ibu
Melihat musisi jual penderitaan Ibu
Melihat pemuka agama lacurkan agama Ibu
Melihat penderitaan di ubun-ubun Ibu
Melihat merah-putih tanpa makna tanpa Ibu
Melihat presiden menjual darah Ibu
Melihat DPR memperkosa Ibu
Melihat MPR ikut memperkosa Ibu
Melihat dinas-dinas melindas Ibu
Melihat babi asing-lokal menyeruduk Ibu
Melihat politisi main tikus-tikusan di hidung Ibu
Melihat pencuri telur dihakimi di jari Ibu
Melihat pestisida membakar kulit Ibu
Melihat racun tikus menyumpal mulut Ibu
Melihat bajingan memukul Ibu
Melihat rumah sakit mengusir Ibu
Melihat makam menolak Ibu
Melihat tuhan meludahi Ibu
Aku bersumpah akan berburu
Penindas Ibu
Dan mencincang kepala mereka!
Maret 2018
Muhammad Yasir
|
||||
5. |
FVRQAN - DEKADENSI
01:19
|
|
||
Melegitimasi moral dalam candu agama
Serupa candu hegemoni dalam tuhan dan negara
Fonologi unsur suprasegmental dan silabel
Dengan budaya hedonis urban berlabel
Jagat raya yang kau bangun dengan kecacatan logika
Wacana yang serupa menimpa sanggau dan sekitarnya
Mereduksi petisi dengan janji-janji sunyi
Berharap membangun dinasti diatas suara yang kau bui
Dekadensi struktural
Target pasar global
Mereduksi paradoks menjadi suatu keawetan dalam hegemoni
Cinta seperti apa yang kau tafsirkan?
Dimana mayoritas dari kalian adalah para bigot yang berangkat dari delusi machiavelli yang setengah mabuk di persimpangan
Dan kalian lebih baik menjadi badut di tiap plang jalan
Kuantitas suara berakumulasi bencana
Tiap suara mewakili tiap rumah yang dibongkar paksa
Di tiap janji adalah hasil sinergi struktural bagi upeti
Maka tiap opsi adalah pembakaran hutan yang dikehendaki
Dengan retrospektif antipati pada bingkai usang kalimantan dan angkara
Dan dalam kewarasan silogisme disjungtif yang kami pelihara
Maka bagi kami kalian tak dari badut dengan ratusan wacana
|
PTK Distribution Pontianak, Indonesia
PTK DISTRIBUTION IS FUKKIN DEAD SINCE 2022
THERE'LL BE AN ONLINE CEMETERY FOR THIS LABEL SOON.
Streaming and Download help
If you like FVRQAN - ANTIPATI, you may also like:
Bandcamp Daily your guide to the world of Bandcamp