We’ve updated our Terms of Use to reflect our new entity name and address. You can review the changes here.
We’ve updated our Terms of Use. You can review the changes here.

FVRQAN - ANTIPATI

by FVRQAN

supported by
/
1.
Dalam intuisi yang menjamu imaji Kau janjikan kemenangan dalam delusi Amarah kami bagaikan martir yang tak terbendung tuk bersarang di tubuh kalian Bersamaan dengan ronta anak-anak dusun di tiap tiang penyangga beton yang kalian bangun di pedesaan Teruntuk kalian yang menilai kemakmuran dengan tolak ukur tinggi gedung dan panjang ruas jembatan beserta kuantitas ritel yang ada pada tiap perkotaan Dengan nama urgensi loyalitas dan antipati Maka dimata kami,kalian tak lebih dari seekor primata berdasi //Derita klasik di rimba Kalimantan : jutaan anak dayak di rimba pulau Kalimantan bermimpi dan bercita mulia tanpa pendidikan membaptis diri dalam koor koor kesenjangan jadi babu perkebunan jadi babu pertambangan di tanah, di mana mereka dilahirkan jutaan anak dayak di rimba pulau Kalimantan dipaksa jadi bagian di peradaban dalam bangsa yang menghamba kemajuan namun menyepelekan kebutuhan sumberdayanya jutaan anak dayak terdiam dengan nasib dipermainkan bagai dadu kosong di tangan pejudi tua mereka tak bisa memaki apalagi menyusun pertanyaan karna tak mengerti ilmu bahasa kehidupan dan tata baca keadaan sementara yang hidup dalam dimensi nasib lainnya yang lepas dari kerangkeng kebobrokan dan sukses bersenggama dalam kabut pendidikan justru jadi agen yang turut memperkosa kehidupan mereka! karna para intelektual keparat itu hanya mengenal lapar dan kenyang haus dan segar onani dan rohani! dan sang raja yang lahir di satu hutan gagal menghiasi mimpi kelabu dan acuh tiada menatap karna tempurung politik membuatnya buta dan tuli menumpuk materi, dan kehilangan akal nurani jangankan untuk peduli, mengingat nasib saja bagai parasit yang mengacau tamasya malamnya di ranjang seharga lima belas mimpi mereka jutaan anak dayak di rimba pulau Kalimantan menanti mati dalam lembah kebobrokan terkubur di sisa puing puing hutan leluhur meninggal kisah yang tiada berarti sementara para raja di bangsa ini adalah orkestra kesejahteraan yang sumbang!
2.
Dalam pijakan angkara yang diramu duka Tentang seorang anak yang tak mampu lagi mengembara //Diantara ribuan orang utan dan ratusan enggang yang terusir sejak pintu pasar bebas pertama mengguncang kalimantan dan sekitarnya Sejak barito mahakam dan kapuas tak sudi lagi berbagi cinta dengan kita Harapan ku berakumulasi tanpa rangkaian semiotik yang perlu kau tafsirkan Berjalan selaras dengan kabar yang terhembus di desa yang digempur penggusuran Ruang hidup dirampas Persetan hak prerogatif Regulasi seperti apa yang kau coba tafsir kan atas nama kepentingan umum? Ibu yang kemarin kuliat menuai padi diladang kini kau kehendaki menjadi budak di lapangan Jika pembangunan seperti ini yang kau tafsirkan sebagai wacana yang terealisasi kan Maka otak mu lebih dangkal dari seorang adam smith yang meracau akan kapitalisme ekonomi modern yang mapan// CINTA Disebabkan Saut Situmorang Cinta adalah hutan rimba raya Pulau Kalimantan yang dibabad habis demi perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara Cinta adalah orang-orang Dayak yang mati mampus terhirup kerbon dioksida dan asap pabrik-pabrik Cinta adalah sungai Utik, Kapuas, Mentaya, Seruyan, Barito, Mahakam, dan danau-danau yang tercemar limbah merkuri Cinta adalah sepasang enggang berkelahi dengan garuda demi menjadi simbol negeri ini Cinta adalah upacara ritual dan puja-puji pada leluhur dan yang esa yang mabuk di Sorgaloka di atas langit biru, putih, dan abu-abu Cinta adalah nyawa yang dicabut bukan oleh malaikat bukan oleh tuhan, tetapi oleh pemodal dan saudara sendiri Cinta adalah kerling sebuah nama kelahiran bayi-bayi Dayak yang kehilangan harapan untuk hidup Cinta adalah 300 bocah se-Kalimantan yang mati terhirup asap pembakaran lahan Cinta adalah 9 bocah lebih yang mati terhirup radiasi tambang batu bara di Kalimantan Selatan Cinta adalah 24 nyawa yang berserakan di lobang tambang di bumi etam Kalimantan Timur Cinta adalah dua cerobong besi yang berak asap hitam yang mengepul naik ke cakrawala Pulau Kalimantan tak nyaman di hati Cinta adalah jalan merah yang becek kala hujan tiba dan tak seorang pun mampu melewatinya Cinta adalah negeriku yang menjajah rakyatnya sendiri demi Amerika demi Cina dan demi bangsa imperealis lainnya Cinta adalah polisi dan militer yang terus memukuli rakyat sipil demi mulusnya jalan penguasa Cinta adalah fasis dan rasis yang dilakukan kaum-kaum oportunis dan bajingan yang saling bakar saling klaim salah dan benar Cinta adalah puisimu yang kau tulis setelah bercinta dengan kekasihmu atau usai berdoa dengan tuhanmu Cinta adalah kau dan aku yang kehilangan ibu dan bapak kala peperangan Demikianlah cinta yang konon dianggap mulia dari pada sembahyangmu atau hari-hari besar agamamu! Gunung Pati, 8 Agustus 2016 (Yasir Dayak) //Dari danau sembuluh dan tiap jengkal tanah yang kalian anggap sebagai panggung legislatif kalian Maka ku hapal setiap poin suara adalah kuantitas penggusuran dan perampasan simultan yang kalian harapkan Atas nama stabilitas,atas nama kepentingan umum,atas nama undang-undang yang kalian tafsirkan untuk pemenuhan hasrat personal kalian Karena yang ada di otak kalian hanyalah bagaimana me lobby pintu pemodal dengan pasti tanpa mendatangkan profit ke kami Hah! Tuan-tuan beserta ayun buaian janji-janji kalian sama sekali tak kan mampu memperdayai kami lagi Demi debu kosmik yang masih memenuhi ruang hampa Kalian hanyalah produk gagal dari tatanan demokrasi yang nyata!
3.
//Ku tutup mata ku di atas altar logika yang tak mungkin bisa membatasi nalar Dimana panji-panji berdiri mandiri menentang langit hitam yang mengisyaratkan prosa tanpa tuhan dan hamba Atas nama bayi-bayi yang mati di Chiapas Atas nama ibu-ibu yang berlumur duka di palestina hingga tak lagi mampu merangkul anak nya Atas nama setiap janin di biafra Atas nama Descartes, giordano,dan copernicus yang mati untuk setiap inchi pengetahuan Dan atas nama munir,marsinah,tan malaka dan tiap jengkal perlawanan di penjuru dunia //Kami tak kan mati meski kalian bunuh kami berkali Teruntuk setiap nafas perlawanan Teruntuk setiap domba yang tak memerlukan tuan Maka dengan rima satire ini aku bersaksi kami akan tegap berdiri diatas kuasa amorfati There are many child who starving to die, crying to die, fearing to die. Even there are people who smiling to die, know they will die, know they will die. Where the justice that be number one, fuck this mad world, fuck this mad world. I see all the blood flows as a river, i fuck up the people who hurt all of my brothers, my brothers who has the pain in war corner, you know its the time to fighting together, together we can show our fuckin strugle. Where the justice? Are it just the bullshit? Open your eyes, lets see all the pain that you can find in your eyes in your side They show me these tears but the gun is still firing on their eyes, their house. Where the justice? Are it just the bullshit? Fucck!!! //Di belantara angkara yang terbesit makna kehidupan Kau dan aku kawan,kita berangkat dari titik awal harapan Menggapai semua mimpi yang terpatri seteguh diogenes dan multatuli Meskipun semesta tak mendukung,teruntuk hegemoni yang ada dimana delusi paralel,dan hiperealitas semu yang mereka agungkan lebih penting dari korban kekerasan negara Mereka yang nyaman duduk tenggelam di sofa sama sekali enggan beranjak dari egosentris yang ada Mutantur omnia nos et mutamur in illis Vox populi vox dei Suara rakyat adalah suara tuhan //Kesaksian 2018 Melihat anak kecil mati di pangkuan Ibu Melihat ibu-ibu mati di sebelah Ibu Melihat orang-orang ditindas di mata Ibu Melihat karbondiokasida melumuri wajah Ibu Melihat sawit menggoreng kepala Ibu Melihat alat berat merobek kemaluan Ibu Melihat senso menebang leher Ibu Melihat hujan darah membasahi rambut Ibu Melihat leluhur mengutuki Ibu Melihat lubang tambang di perut Ibu Demikianlah cinta yang konon dianggap mulia dari pada sembahyangmu atau hari-hari besar agamamu! Gunung Pati, 8 Agustus 2016 (Yasir Dayak)
4.
Berangkat dengan rima ini ku kepalkan tangan tuk menggapai harapan Berharap segala keterbatasan takkan mungkin menghalau pijakan Dengan hulu waktu yang kian bertabrakan meronta melalui ketiadaan Maka kujanjikan padamu kawan tak kan ada lagi sisa patriarki yang menghianati peradaban //Teruntuk saudara-saudara ku di kalimantan,teruntuk setiap nafas anak-anak desa yang merasakan terbatasnya ruang pendidikan Meski peluh keringat basah takkan elak buat kita tumbang Dan meski setiap nafas adalah kuantitas,maka cinta tak kan berakhir meski nafas berhenti menunggangi relativitas //Pendidikan menyamar menjadi komoditas bersifat asing yang jauh dari kata merata Aneksasi saham asing menjadi santapan wajib bagi kita Kemanusiaan jauh dari kata cukup dan setara Diskriminasi jadi modal utama untuk mencapai kuasa Agama menjadi tunggangan wajib untuk pencapaian kekuasaan personal bagi elit penguasa Politik berwujud santapan sehari jadi dan spontan se spontan obrolan yang berakhir di warung kopi pada sore hari Maka kutak percaya lagi pada negeri ini Karena yang kalian lihat hari ini,hanyalah pernyataan hitam putih yang bersifat negasi //bagaimana aku tak mencintaimu bila di saban cakrawala kupandang air mata merah putihmu tercurah di manamana jadi banjir yang tiada berkesudahan memporakporandakan kehidupan //bagaimana aku tak mencintaimu bila di masa muda aku terasing sebab melawan arus keruh kotor pergaulan yang bicara soal angka dan terbentur pada tembok masa depan Melihat danau berlimbah di pusar Ibu Melihat air kehilangan sungai di dagu Ibu Melihat polisi dan tentara membantai Ibu Melihat kehidupan yang rusak di mata Ibu Melihat orang-orang dimiskinkan di pipi Ibu Melihat pendidikan yang kacau di dada Ibu Melihat gunung dikeruk di dada Ibu Melihat air tak lagi mengalir di mata Ibu Melihat penyair mabuk di tangan Ibu Melihat musisi jual penderitaan Ibu Melihat pemuka agama lacurkan agama Ibu Melihat penderitaan di ubun-ubun Ibu Melihat merah-putih tanpa makna tanpa Ibu Melihat presiden menjual darah Ibu Melihat DPR memperkosa Ibu Melihat MPR ikut memperkosa Ibu Melihat dinas-dinas melindas Ibu Melihat babi asing-lokal menyeruduk Ibu Melihat politisi main tikus-tikusan di hidung Ibu Melihat pencuri telur dihakimi di jari Ibu Melihat pestisida membakar kulit Ibu Melihat racun tikus menyumpal mulut Ibu Melihat bajingan memukul Ibu Melihat rumah sakit mengusir Ibu Melihat makam menolak Ibu Melihat tuhan meludahi Ibu Aku bersumpah akan berburu Penindas Ibu Dan mencincang kepala mereka! Maret 2018 Muhammad Yasir
5.
Melegitimasi moral dalam candu agama Serupa candu hegemoni dalam tuhan dan negara Fonologi unsur suprasegmental dan silabel Dengan budaya hedonis urban berlabel Jagat raya yang kau bangun dengan kecacatan logika Wacana yang serupa menimpa sanggau dan sekitarnya Mereduksi petisi dengan janji-janji sunyi Berharap membangun dinasti diatas suara yang kau bui Dekadensi struktural Target pasar global Mereduksi paradoks menjadi suatu keawetan dalam hegemoni Cinta seperti apa yang kau tafsirkan? Dimana mayoritas dari kalian adalah para bigot yang berangkat dari delusi machiavelli yang setengah mabuk di persimpangan Dan kalian lebih baik menjadi badut di tiap plang jalan Kuantitas suara berakumulasi bencana Tiap suara mewakili tiap rumah yang dibongkar paksa Di tiap janji adalah hasil sinergi struktural bagi upeti Maka tiap opsi adalah pembakaran hutan yang dikehendaki Dengan retrospektif antipati pada bingkai usang kalimantan dan angkara Dan dalam kewarasan silogisme disjungtif yang kami pelihara Maka bagi kami kalian tak dari badut dengan ratusan wacana

about

Sebagai sebuah label produksi rilisan musik, kegiatan mencari – cari band yang menarik untuk dirilis adalah sebuah kegiatan yang biasa dilakukan. Seringkali yang tidak biasa adalah proses menemukan band yang menarik tersebut. Seringkali yang terjadi adalah menemukan mereka ketika sedang berselancar di dunia maya. Tapi prosesnya berbeda ketika bertemu dengan FVRQAN.
Kami bertemu di meja warung kopi tanpa saling membuat janji. Saya berjanji bertemu dengan seorang teman, teman tersebut berjanji juga untuk bertemu teman lainnya, dan teman lainnya datang menyusul kami bersama seorang lainnya yang belum saya kenal sebelumnya. Dia adalah seorang mahasiswa perantau yang masih muda, tertarik dengan filosofi, memiliki amarah pada dunia, dan satu hal terakhir yang membuat saya langsung antusias adalah dia seorang rapper yang memiliki karya. “Mane aku mau dengarlah lagu kau!”, begitu saya berkata dengan penuh antusias.
FVRQAN (nama yang dikhususkan untuk proyek musiknya) memiliki gaya rappin yang tidak sering saya temui di skena lokal. Entah apa istilahnya, gaya rap dengan merapalkan kata – kata dengan sangat rapat dan bahkan lebih mirip dengan seorang emak – emak yang ngomelin anaknya. Mungkin kalian sudah bisa membayangkannya ya? Ciri lainnya adalah beat yang bernuansa gelap dan juga lirik (ditambah puisi) yang bermuatan sosial politik. Seketika saya dibakar semangat dan diterbangkan kepada ingatan beberapa tahun silam ketika bertemu dengan sebuah proyek solo rapper lain dari Pontianak, yaitu Balada Sungai Kapuas.
FVRQAN adalah Furqan,seorang putra Kalimantan Barat yang merantau untuk kuliah di Yogyakarta. Pengalaman berhadapan dengan kenyataan yang terjadi di tanah Kalimantan kampung halamannya mungkin bertemu dengan gelora api aktivisme mahasiswa di kota pelajar, sehingga menghasilkan karya – karya seperti yang ada di album ANTIPATI ini.


Dalam album ANTIPATI ini FVRQAN berkolaborasi dengan seniman – seniman Kalimantan lainnya yang dijumpainya di Yogyakarta. Ada Yasir Dayak, Ivo Trias J, dan WAYnd yang menyumbangkan kreativitas hampir di seluruh lagu di album ini. Kehadiran seniman tamu tersebut tidak hanya menghasilkan sebuah gerombolan yang disatukan oleh identitas “anak Kalimantan” belaka, tapi turut menambah nuansa satir dan amarah yang hadir melalui lagu – lagu seperti Borneo Punah, Antipati, dan Manuskrip Belantara.
Mungkin kita bisa meletakkan kritik pada aspek – aspek teknis di bidang musik ketika mendengarkan karya ini. Silahkan saja, justru hal seperti itulah yang diperlukan. Tapi jangan lupa untuk meneliti juga lirik – liriknya dan kemudian meluangkan waktu untuk mencari tahu mengenai Kalimantan dan bagaimana pulau ketiga terbesar di dunia ini terus rapuh menghadapi ancaman penghancuran.

FVRQAN :
You Tube = Furqan
Instagram = @fvrqan_


Pontianak, 7 September 2018
Oleh : Aldiman Sinaga-PTK Distribution

credits

released September 7, 2018

FVRQAN - ANTIPATI (PTK1805)

Artist : FVRQAN
Recorded by : Furqan

Physical version of this album produced by : PTK Distribution

license

tags

about

PTK Distribution Pontianak, Indonesia

PTK DISTRIBUTION IS FUKKIN DEAD SINCE 2022

THERE'LL BE AN ONLINE CEMETERY FOR THIS LABEL SOON.

contact / help

Contact PTK Distribution

Streaming and
Download help

Redeem code

Report this album or account

If you like FVRQAN - ANTIPATI, you may also like: